Sistem Urinaria 2

Nah, posting kali ini akan melanjutkan postingan seelumnya mengenai sistem urinaria 1, enjoy 🙂

2.1    Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Histologi ureter

Ureter meninggalkan ginjal di daerah hillus dan memasuki kandung kemih (vesika urinaria), menembus tunika muskularis dengan posisi miring. Saat ureter menembus kandung kemih, terdapat semacam katup mukosa yang akan menutup lubang ureter bila kandung kemih penuh. Katup ini merupakan mekanisme penyelamat untuk menghindari aliran kembali.

Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan:

  1. Selaput lendir peralihan
  2. Tunika muskularis
  3. Serosa etau adventisia

Selaput lendir membentuk lipatan memanjang, lumennya berbentuk bintang pada sayatan melintang. Selaput lendir peralihan terdiri dari lima sampai 6 lapis sel epitel peralihan. Tebalnya tergantung pada jenis hewannya. Ureter  pada kuda, keledai, dan bagal (mule) mempunyai kelenjar tubuloalveolar barcabang yang bersifat mukous dalam lamina propria-sub mukosa, tersebar mulai dari pelvis renalis sampai sepertiga bagian atas pada ureter. Sekretnya memberikan konsistensi mukous dan serabut yang khas pada kemih spesies ini.

Tunika muskularis terdiri dari 3 lapis, lapis dalam dan lapis luar tersusun memanjang, dan lapis tengah tersusun melingkar. Jaringan ikat longgar sering memisah berkas-berkas otot polos, terutama pada lapis memanjang. Susunan tersebut bersifat mengulir yang mendorong gerakan peristaltik mengalirkan kemih menuju kandung kemih. Lapis ureter paling luar bisa serosa atau adventisia, tergantung keadaan serta pertautan dengan peritoneum, jumlah sel lemak periureter, dan daerah potongannya.  Adventisia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan serabut kolagen dan elastik mengandung pembuluh darah dan sel-sel lemak disekitar tepi.

2.1    Vesica Urinaria

Vesika urinaria atau yang lebih dikenal dengan kantong kemih merupakan salah satu organ dalam saluran ekskresi yang berbentuk seperti kantung. Kantung ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan urin sementara sebelum  kemudian dikeluarkan memalui saluran ureter. Berdasarkan letaknya di dalam susunan sistem urinaria, bagian ini terletak sebelum saluran uretra dan dibawah saluran ereter, atau dengan kata lain kantong kemih terletak di antara ureter dan uretra. Bagian ini disebut sebagai simpanan sementara dikarenakan bagian ini dialiri kemih secara terus menerus dari 2 saluran ureter di atasnya.

Anatomi dan histologi Vesica Urinaria

Setelah kantong ini penuh, akan timbul rangsangan saraf pada cincin otot muaranya ke pipa kemih luar (uretra) untuk mengeluarkan isinya sekaligus semua (Yatim, 1991).

Secara histologis, kandung kemih merupakan ureter yang meluas, sebab lapisan yang terdapat pada kantung kemih terdapat juga pada ureter. Perbedaan utama terletak pada tebal relatif lapisan dindingnya, terutama pada tunika muskularis dan adanya muskularis mukosa yang tipis pada beberapa hewan (Dellmann & Brown, 1992).

Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa secara histologis lapisan penyusun dinding kantong kemih terdapat 3 lapis. Lapisan dari ddalam ke luar yaitu tunika mukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia.

1.      Tunika Mukosa

Lapisan ini merupakan lapisan paling dalam yang berbatasan secara langsug dengan lumen.  Penyusun lapisan ini berupa sel epitel berlapis banyak yang lebih tebal dari ueter dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat areolar dan mengandung banyak serabut elastin.  Menurut Yatim (1991), waktu kantung kemih kososng, sel epitel penyusun tunika mukosa ini berbentuk batang atau kubus.waktu terisi penuh, bentuknyapun menggepeng dan lumennyapun meluas. Melihat kondisi seperti ini maka sel epitelnya disebut dengan epitel transisional.

Tebal epitel transisional ini bervariasi, dari 3 sampai dengan 14 lapis sel, tergantung pada spesies serta derajat pemekarannya (Dellmann & Brown, 1992).

2.      Tunika Muskularis

Merupakan lapisan yang berupa berkas otot polos yang terdiri atas 3 lapis . lapisan terdalam tersusun secara longitudinal,kemudian sirkuler, dan yang paling luar sirkuler (Tenzer. Dkk, 2001). Tunika muskularis merupakan lapisan yang paling tebal dari lapisan yang lainnya. Di antara ketiga lapisan otot polos tersebut yang paling tebal adalah lapisan otot sirkuler.

Menurut menurut Dellmann dan Brown (1992) dalam bukunya yang berjudul “Text Book Of Veterinary Histology” dikatakan bahwa bentuk atau pola susunan dari 3 lapisan muskularis ini merupakan susunan yang penting. Pola dari lapisan ini saling menjalin membentuk jalinan yang cukup kuat sehingga otot pada daerah kantong kemih ini disebut dengan otot Detrusor. Pada daerah hubungan ureter dengan kantung kemih, lapisan longitudinal otot ureter membentuk jalinan dengan lapisan yang sama pada kantung kemih. Keadaan ini membentuk sfingter yang fungsional, yaitu mencegah aliran kembali dari kemih.

Pada leher kandung kemih, otot detrusor mengarah ke uretra dan memusat ke arah lubang uretra. Kontraksi otot longitudinal akan memperbesar lumen uretra dan memperpendeknya. Mekanisme inimengawali pembuangan kemih. Susunan melingkar serabut elastik pada leher kantung kemih dan bagian proksimal uretra membantu menutup uretra setelah pembuangan kemih.

3.      Tunika Adventisia

Merupakan lapisan paling luar dari lapisan penyusun kantung kemih. Bagian ini berupa jaringan ikat yang bagian luarnya diselaputi oleh mesotel. Di sebelah luar dari tunika adventisia merupakan tunika serosa dan peritoneal yang diselubungi oleh jaringat ikat longgar. Di bagian terluar lagi ada simpul saraf simpatik yang disebut plexus vesicalis. Simpul saraf ini yang berperanan untuk mengontrol proses kencing.

2.1    Uretra

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis. Jenis epitelnya bervariasi, tetapi yang utama epitel berlapis gepeng. Namun, di dekat kandung kemih biasanya terdapat epiteh transisional yang mungkin juga terdapat bercak-bercak epitel bertingkat atau epitel berlapis kolumnar. Lumen berbentuk seperti bulan sabit pada irisan melintang dan mukosa membentuk lipatan longitudinal. Lamina propia terdiri atas jaringan ikat longgar dan berisi pleksus vena berdinding tipis, mirip seperti korpus spongiosum pada pria. Mukosa terutama dikelilingi otot polos yang berjalan longitudinal, yang merupakan lanjutan otot polos di lapisan kandung kemih. Pada bagian permulaan uretra, serat-serat berjalan melintang dan ini merupakan lanjutan otot detrusor yang berfungsi sebagai sefingter yang tidak disadari. Lapisan otot polos dikelilingi oleh sfingter otot skelet, yaitu sfingter uretra yang disadari. Tunika adventisia sebagai  lapisan vagina yang terdiri dari jaringan ikat.

Sedangkan uretra pada pria , memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).

Pada pria, secara anatomis terdiri atas tiga bagian, yaitu: pars prostatika (yang berjalan menembus prostat), pars membranosa (yang menyilang oto sfingter uretra dan membran perinealis) dan pars spongiosa (yang berjalan melalui korpus spongiosum dan glas penis).

1.      Pars prostatika

Panjangnya (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya. Waktu berjalan melalui prostat menerima muara saluran keluar prostat, selanjutnya tonjolan berbentuk kerucut (kolikulus seminalis) terdapat pada dinding posterior. Lubang kecil pada kolikulus seminalis membentuk kantong kecil yang buntu disebut utrikulus prostatikus.

Pars prostatika uretra dibatasi oleh epitel transisional, lammina propia terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada bagian yang lebih dalam banyak vaskularisasi. Mukosa dikelilingi oleh selapis otot polos, yang merupakan lanjutan lapisan otot longitudinal sebelah luar.

2.      Pars membranosa

Panjangnya (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis). Epitel yang membatasi adalah epitel berlapis kolumnar. Otot polos selanjutnya dikelilingi otot skelet di membran perinealis dalam nentuk sfingter uretra yang disadari.

3.      Pars spongiosa

Panjangnya (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya. Ditemukan pelebaran lumen yang kemudian menjadi sempit lagi sampai mencapai glans penis. Dan lumen melebar lagi membentuk fossa navikularis. Epitelnya berlapis kolumnar sampai fossa navikularis, yang dibatasi oleh epitel berlapis gepeng, berhubungan langsung dengan epidermis bagian luar.

Sfingter pada wanita

DAFTAR RUJUKAN

Dellmann, H. Dieter., dan Brown, Esther M. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II, Edisi Ketiga. Jakarta: UI-Press

Geneser, finn.1994. Text Book of Histology. Denmark: Mungksgraard

Tenzer, Amy., Judani, Titi., Handayani, Nursasi., dan Lestari, Umie. 2001. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan. Malang: FMIPA UM

Yatim, Wildan. 1991. Biologi Modern Histologi. Bandung: Tarsito